Nak, Ibu tidaklah sempurna
Banyak khilaf dan lupa yang Ibu
lakukan
Engkau pernah mengatakan “beruntung
sekali Ibu mendapatkan Ayah”
ya Ibu selalu berusaha bersyukur
atas apa yang Allah titipkan kepada Ibu, salah satunya adalah menikah dengan
ayah
Tapi teladanilah hal-hal positif dari Ibu, sekali lagi Ibu tidaklah sempurna nak!
Yang baik saja jadikan pedoman, yang
buruk jadikan pelajaran
Tadi saat perjalanan ke solo, Ibu mendengarkan
ceramah dari seorang ustadz di mobilnya pamanmu
Kisah pada zaman Nabi, ada seorang
istri shalihah yang masuk surga setelah Nabi Muhammad SAW
Fatimah bertanya kepada Nabi, dan
penasaran kenapa wanita itu bisa masuk surga dengan mulianya
Kemudian Fatimah menuju rumah wanita
itu, seraya membawa putra laki-lakinya yang masih kecil Hasan
“tok..tok.., Assalamu alaikum “ sapa Fatimah
“Wa’alaikumussalaam! Siapa di luar?”
terdengar jawaban yang lemah lembut dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.
“Saya Fatimah, Putri Rosulullah,”
sahut Fatimah kembali.
“Alhamdulillah, alangkah bahagia
saya hari ini Fatimah, putri Rosululah, sudi berkunjung ke rumah saya,”
terdengar kembali jawaban dari dalam. Suara itu terdengar ceria dan semakin
mendekat ke pintu.
“Sendirian, Fatimah?” tanya seorang
perempuan sebaya dengan Fatimah
“Aku ditemani Hasan,” jawab Fatimah.
“Aduh maaf ya,” kata wanita itu, suaranya terdengar menyesal. Saya belum mendapat izin dari suami saya untuk
menerima tamu laki-laki.”
“tapi hasan masih kecil, dia belum
baligh” sahut Fatimah
“Meskipun kecil, Hasan adalah
seorang laki-laki.” Kata wanita itu dengan nada menyesal.
Kemudian Fatimah pulang, dan kembali
ke rumah wanita itu tanpa membawa putra laki-lakinya. Dan akhirnya si wanita
itu mengizinkan Fatimah untuk masuk ke dalam rumahnya.
Ketika di dalam, wanita itu bersolek
begitu cantik dengan menggunakan wangi-wangian di sekujur tubuhnya, selain itu
wanita itu juga telah mempersiapkan berbagai permadani, lap dan cambuk.
Fatimah bertanya dengan penuh
keheranan “ apakah engkau akan berpergian?”
Jawab wanita itu, “tidak, ini adalah
waktu suami saya pulang. Saya hanya berusaha menyambutnya dengan berhias hanya
untuk beliau”
Subhanallah, begitu takjub Fatimah
dengan perlakuan wanita itu kepada suaminya. Namun rasa takjub itu tidak hanya
berhenti sampai disitu saja, kemudian Fatimah bertanya lagi.
“lantas untuk apa engkau
mempersiapkan permadani, lap dan cambuk?”
“permadani itu saya gunakan untuk
menyambut kedatangan suami saya, lap tersebut untuk mengelap keringat suami
saya selama seharian bekerja, dan jika semuanya sudah selesai saya lakukan,
saya berikan cambuk tersebut kepada suami saya untuk memukul saya apabila
selama saya memberikan pelayanan kepada suami saya, beliau merasa kecewa atau
ada yang kurang berkenan” jawab wanita itu
“Masya Allah pantas saja Allah
menjadikan wanita tersebut begitu mulia di sisiNya, hingga surga pun seakan
menengadah membuka lebar pintunya untuk wanita sholehah ahli surga seperti yang
baru saja kulihat”, ujar Fatimah dalam benaknya
Begitulah nak singkat ceritanya, sedikit
samar-samar dalam ingatan Ibu siapa wanita itu.
Maklum nak, Ibu sudah tidak muda
lagi
Mungkin engkau jauh lebih pintar
dari Ibu, carilah tahu nak siapa gerangan wanita itu
Nak.. bagi seorang wanita dahulukan
terlebih dahulu kewajibanmu sebagai seorang istri.
Bagi seorang wanita, muliakan
terlebih dahulu suamimu, setelah itu baru Ibumu.
Bagi seorang laki-laki, Ibumu jauh
lebih mulia dibandingkan istrimu.
Ada sebuah cerita lagi nak,
Dahulu kala pada zaman Nabi ada
seorang lelaki sholeh yang sangat berbakti kepada Ibunya. Lelaki itu sudah
berkeluarga, dan memiliki istri
Ketika pulang, ia membawa sekantong
jeruk yang diberikan kepada istrinya
Sang Ibu merasa sakit hati, dalam
benaknya Ibu itu berkata
“puluhan tahun aku membesarkan
anakku, namun ketika dewasa kenapa ia tidak memuliakanku, kenapa ia tidak
memberikan terlebih dahulu jeruk itu kepadaku?”
Kemudian sang Ibu masuk ke dalam
kamarnya dengan rasa kecewa yang sangat mendalam
Padahal, selang beberapa menit
kemudian lelaki itu menemui istrinya yang ada di dapur, dan menyuruh istrinya
untuk memilihkan jeruk yang terbaik untuk ibunya
Kemudian istri dari lelaki itu
memasuki kamar sang Ibu, seraya berkata “ bu, ini jeruknya”
Namun karena sang Ibu sudah
terlanjur kesal dan marah, Ibu itu pun menolak "tidak aku sudah kenyang" dengan
deraian air mata, Ibu itu pun menangis
Kemudian sampai pada suatu hari
lelaki itu menemui ajalnya, para sahabat keheranan melihat lelaki itu merasa
kesulitan ketika akan meninggal
Kemudian para sahabat memanggil
Rasullah, “ya Rasullah, lelaki ini begitu rajin dalam ibadahnya, namun kenapa
ia mengalami kesulitan di tengah ajalnya?”
Kemudian Rasulullah, mencari Ibu
dari lelaki itu dan bertanya mengenai satu hal "apa Ibu pernah merasa sakit
hati kepada lelaki ini?”
Sang Ibu menjawab,” iya, aku sangat
marah kepada anakku”
“tolong maafkan dia” pinta
Rasulullah
“tidak, aku tidak akan pernah
memaafkanya. Aku sangat kecewa dan sakit hati karenaya” jawab Ibu itu
“baiklah, karena ia sulit mengatasi
sakaratul maut, aku akan membakarnya” ujar Rasulullah
Seketika Ibu itu pun tersentuh
hatinya, sambil bercucuran air mata “jangan, jangan bakar anakku. Aku akan
memaafkanya”
Allahu Akbar, setelah ibu itu
mengatakan bahwa akan memaafkan anaknya, Subhanallah sang anak langsung membaca
kalimah syahadat “"AsshHaduala ilahailallah wa AsshHaduana
muhammadurrasulullah",
Dari dua cerita di atas, terlihat
jelas nak.. sebagai seorang anak lelaki memuliakan Ibunya jauh lebih penting,
sementara bagi seorang anak perempuan muliakan suamimu terlebih dahulu, baru Ibumu
Kelak engkau akan tumbuh menjadi
wanita dewasa nak, wanita yang akan mendampingi seorang lelaki dalam hidupmu, seorang
lelaki yang akan menjadi imammu, menjadi ayah dari putra-putrimu, dan engkau pula
akan menjadi estafet perjuangan bagi buah hatimu kelak
Jadilah seorang istri dan Ibu yang
baik, jangan engkau biarkan suamimu mengalami nasib serupa seperti cerita diatas
Jangan kau biarkan suamimu masuk
neraka hanya gara-gara Ibunya mengalami sakit hati karena suamimu lebih
mengutamakanmu
Jadilah wanita yang penuh
pengertian, amanah dan bertanggung jawab seperti wanita di cerita pertama
Ibu akan selalu mendoakan langkahmu,
menjadi seorang wanita yang shalehah bagi suamimu, menjadi wanita penuh teladan
bagi putra-putrimu kelak.
Semoga umur Ibu masih panjang, bisa
melihat engkau sukses nak
Bisa melihat engkau bahagia
mengarungi bahtera rumah tangga
Melihat tingkah lucu dari
putra-putrimu
Nak, Ibu bersyukur engkau telah
tumbuh menjadi dewasa
Engkau sudah terlihat berubah
menjadi lebih baik
Semoga kelak istiqomah menjadi
wanita sholehah
Nak.. jika boleh Ibu jujur
Setiap hari Ibu merindukanmu,
menanti kepulanganmu
Setiap hari Ibu selalu menanti,
kapan datangnya hari kamis
Karena dalam benak Ibu berkata,”alhamdulillah
sudah hari kamis, ini saatnya putriku pulang”
Ketika kemarin engkau pulang, Ibu terus memikirkanmu
Kondisi di luar hujan lebat, Ibu menanti dengan penuh cemas,
Sambil memegangi telfon genggam berharap engkau akan membalas pesan atau menerima panggilan dari Ibu
Namun rasa was-was itu Ibu coba usir perlahan, Ibu yakin Allah pasti bersamamu nak
Ketika engkau pulang, senyum bahagia Ibu berikan
Dalam hati kecil Ibu berkata, "nak jangan kau ulangi lagi, jangan engkau buat Ibu merasa cemas lagi, sungguh.. Ibu benar-benar takut"
Ketika kemarin engkau pulang, Ibu terus memikirkanmu
Kondisi di luar hujan lebat, Ibu menanti dengan penuh cemas,
Sambil memegangi telfon genggam berharap engkau akan membalas pesan atau menerima panggilan dari Ibu
Namun rasa was-was itu Ibu coba usir perlahan, Ibu yakin Allah pasti bersamamu nak
Ketika engkau pulang, senyum bahagia Ibu berikan
Dalam hati kecil Ibu berkata, "nak jangan kau ulangi lagi, jangan engkau buat Ibu merasa cemas lagi, sungguh.. Ibu benar-benar takut"
Nak..
Setulus kasih Ibu menyayangimu
Ibu harap engkau tak akan pernah
bosan mendengar cerita Ibu
01 Januari 2014, at 19.15
Setulus
kasih dari seorang wanita tak sempurna,
Ibumu
Komentar
Posting Komentar